The Housekeeper, Byun Baekhyun Chapter 1

by deerlit

 

IMG_20140919_135427

Tittle : The Housekeeper, Byun Baekhyun (Chapter 1)

Author : DEERLIT (@Dreesya)

Cast : Byun Baekhyun, Yoo Sae Ra (OC), Oh Se Hoon, Ahn Jae In (OC)

Genre : School life, family, romance

Rating : PG – 13

Length : Chapter

Disclaimer : the story is mine and don’t copy!!

|TEASER|

Author POV

TOK…TOK…TOK

Ketukan nyaring tersebut terdengar sampai ke telinga lelaki yang masih setia bergumul dengan selimut hangatnya, tetapi lelaki tersebut tidak menghiraukan sama sekali ketukan yang semakin lama semakin menggema tersebut.

BRAK

“Baekhyunn! Ayo antarkan aku ke sekolah” seorang gadis berseragam sekolah membuka paksa pintu kamar baekhyun –lelaki tersebut-, karena tidak mendapat jawaban lalu ia melompat ke atas ranjang baekhyun yang sedang tertidur dan mengguncang-guncangkan tubuh lelaki itu.

“Baek ayo Baek ayo, jika kau tidak mau mengantarku nanti aku akan telat” Merasa di abaikan lantas gadis berumur 17 tahun itupun mencari akal supaya bisa membuat laki-laki itu terbangun. Setelah terdiam cukup lama Sae Ra –gadis itu- segera memencet hidung baekhyun dengan kuat.

“Akkh! Apa yang kau lakukan? Itu sangat sakit!” Baekhyun lantas langsung terduduk dan mengelus-elus hidung kesayangannya yang mulai memerah tersebut.

“Ayo antarkan aku ke sekolah”

“Tidak mau”

“Ayolahh. Aku janji, aku yang akan mencuci piring setelah makan malam selesai”

“Kau yakin?” “Hmm”

“baiklah, ayo kita berangkat” Baekhyun segera menyambar jaket bercorak tentara yang tergantung disamping lemarinya dan mengambil kunci motor yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya.

“Kita pakai motor?” Tanya Sae Ra sambil menatap baekhyun heran.

“Tentu saja. Ada masalah?” Baekhyun membalas menatap Sae Ra heran.

“Aku tidak mau. Bagaimana jika rambutku nanti rusak? Lalu bagaimana jika nanti rok ku tersingkap sampai ke atas?”

“Baiklah, kita akan menggunakan mobil” Baekhyun memutar kedua bola matanya sebal lalu mengganti kunci motor tersebut dengan kunci mobil yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya.

Biar bagaimana pun alasan Sae Ra tadi sangat masuk akal bukan? Bagaimana jika roknya benar-benar tersingkap? Oh itu akan menjadi masalah yang sangat besar.

 

 

Sae Ra POV

Aku melangkahkan kakiku tergesa-gesa di koridor sekolah. Ini sudah jam 07.15. Itu tandanya aku sudah terlambat 15 menit, jika saja tadi baekhyun tidak menyogok satpam di depan sekolahku, mana mungkin satpam itu akan membukakan gerbang sekolah untukku.

Aku memperlambat langkahku saat mengetahui aku sudah hampir sampai di depan kelasku. Hei! Kalian tau? Kelasku masih sangat ramai dan berisik, itu tandanya jam pelajaran belum di mulai. Aku mencoba mendongakkan kepalaku saat sudah sampai di depan pintu kelas dan yeah aku benar kelasku benar-benar berisik.

“Kau terlambat?”

Oh ayolah aku baru saja mendudukan bokongku di bangku kesayanganku dan jae in langsung bertanya seperti itu, bukankah sudah jelas bahwa aku memang terlambat.

“Tidak, aku hanya hampir terlambat”

“Oh ya?” Jae in memajukan bangkunya mendekat ke arahku.

“Kau menyebalkan. Kau sudah tau jawabannya kenapa masih bertanya”

“Oke oke” Jae in memutar badannya ke arah papan tulis.

“Pr matematika. Kau sudah?” Jae in kembali memutar badannya menghadap ke arahku yang duduk di sampingnya. Maksudku kami sebangku. Tunggu dulu! Apa dia bilang? Pr matematika?

“Kau bercanda?”

“Tidak. Aku serius, jangan bilang kau belum mengerjakannya?”

“Tendang aku jika aku sudah mengerjakannya” Aku menghela nafas pasrah. Bagaimana bisa aku lupa mengerjakan pr matematika itu tadi malam.

“Ya! Bagaimana bisa kau lupa mengerjakannya? Kau tahu kalau park songsaenim jika marah seperti apa? Bersiap-siaplah menjadi murid kesayangannya. Memangnya tadi malam apa yang kau lakukan sampai-sampai kau lupa mengerjakan pr seperti ini? Tidak biasanya kau seperti ini. Lal-“

“Tutup mulutmu sebelum aku memanggil sehun untukmu!” Aku memutar kedua bola mataku sebal. Pagi-pagi seperti ini aku sudah di jejalkan ocehan si Jae In. Untung saja aku mempunyai cara ampuh untuk menghentikan ocehan Jae In si cerewet tersebut. Dengan mengancam membawa sehun kepadanya, maka dengan sendirinya Jae In akan terdiam membisu.

“Dengar, aku baru kali ini tidak mengerjakan pr matematika, jadi mana mungkin secepat itu aku akan menjadi murid kesayangannya park songsaenim, uhh memikirkannya saja sudah membuat perutku mual. Lalu soal apa yang ku kerjakan tadi malam sampai lupa mengerjakan pr itu karena baek-“ Hampir saja aku menyebut nama baekhyun. Eh baekhyun?!

Aku sontak mendelik hebat saat mengingat kejadian tadi malam yang membuatku melupakan pr matematikaku. Ini semua karena baekhyun yang mengatakan padaku bahwa dia akan pulang terlambat karena ada kelas malam di sekolahnya dan terlebih lagi aku sangat penakut jika sudah di tinggalkan sendirian di rumahku yang sangat besar tersebut.

Jadi aku memutuskan untuk menunggu baekhyun di teras depan rumahku sampai baekhyun benar-benar pulang. Dan sialnya baekhyun tidak mengatakan bahwa dia akan benar-benar pulang larut malam, jadi aku tertidur di teras depan rumahku sambil memeluk tubuhku yang kedinginan dan bajuku yang mulai sedikit basah.

Tolong jangan ingatkan aku lagi pada kejadian tadi malam. Itu membuatku ingin mencekik baekhyun saat itu juga. Jika saja aku tidak lupa dengan kejadian tadi malam mungkin baekhyun akan habis pagi ini.

“Baek siapa?” Tanya Jae in heran. Ah aku hampir saja melupakan Jae In sahabatku yang super manis ini.

“Bukan siapa-siapa. Aku tadi hanya salah bicara”

“Benarkah? Sepertinya aku pernah mendeng-“

Jae In menghentikan omongannya saat melihat Park songsaenim mulai memasuki kelas.

Setidaknya karena kedatangan Park songsaenim aku jadi selamat dari pertanyaan-pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Jae In kepadaku. Tapi jangan lupakan pr matematikaku yang belum aku kerjakan sama sekali. Matilah aku.

 

 

Author POV

Baekhyun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sehabis dari mengantar SaeRa tadi baekhyun langsung di telpon oleh sekretarisnya yang memintanya langsung ke kantor karena ada clien yang tiba-tiba memajukan waktu rapat mereka.

Tentu saja itu membuat baekhyun mengeluarkan sumpah serapahnya sepanjang perjalanan. Bagaimana tidak? Dia bahkan belum mandi pagi, jangan kan mandi mencuci mukapun dia tak sempat tapi setidaknya dia tidak lupa untuk menggosok gigi –tadi malam. Belum lagi hari ini dia mempunyai kelas pagi yang mau tidak mau harus dia lewati.

Jangan salahkan baekhyun yang belum bisa membagi waktunya, ia masih remaja yang seharusnya masih bisa bersantai dan bersenda gurau bersama teman laki-laki lainnya. Bukan duduk bersama tumpukan berkas yang menunggu giliran untuk dia tanda tangani dan memimpin rapat yang –menurutnya- sangat menegangkan.

Baekhyun memarkirkan mobil sport berwarna merah miliknya di parkiran depan. Dengan tergesa-gesa dia memasuki gedung mewah kantor miliknya dan segera di sambut dengan cengiran seorang yeoja berwajah oriental.

“Ah baekhyun kau sudah sampai?” Baekhyun hanya tersenyum masam kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.

“Hey hey ayolah, aku sedang berbicara denganmu tuan byun dan uhh kau sangat bau” Yeoja tersebut mengikuti baekhyun sampai ke ruangannya dan berceloteh tidak jelas.

“Ya! noona, ini semua gara-garamu selalu saja memberitahuku secara mendadak, sekretaris seperti apa itu” baekhyun menjatuhkan dirinya di sofa tak jauh dari tempat yeoja yang lebih tua darinya itu berdiri, kemudian mengambil minuman kaleng yang ada di kulkas mini yang terletak di samping sofa yang dia duduki.

“Ya! Selalu saja menyalahkanku, salah sendiri kau tidak mengaktifkan ponselmu tadi malam, jika saja kau orang lain sudah ku pukul kepalamu” jawab yeoja itu dengan menggebu-gebu, baekhyun hanya memutarkan kedua bola matanya malas dan mendecih sebal.

“Serin noona siapkan aku air panas, aku ingin mandi” ucap baekhyun kemudian menatap wanita yang berdiri di depannya dengan cengiran andalannya.

“Sialan kau bocah pantas badanmu sangat bau, tunggu disini jangan berkeliaran kemana-mana kerena 15 menit lagi rapat akan di mulai” wanita itu mendengus sebal kemudian berjalan ke kamar mandi yang ada di ruangan tersebut.

Baekhyun hanya tertawa kecil karena berhasil membuat kakak sepupunya yang menjabat sebagai sekretarisnya itu marah. Ah iya Serin adalah kakak sepupu baekhyun yang lebih tua 3 tahun dari baekhyun. Sebenarnya Serin bisa saja menjabat sebagai direktur di perusahaan milik ayahnya sendiri hanya saja dia lebih nyaman bekerja di perusahaan ayahnya baekhyun yang merupakan kakak kandung dari ayahnya Serin.

Ngomong-ngomong soal Baekhyun yang menggantikan ayahnya menjadi direktur itu karena ayahnya baekhyun sudah meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit jantung yang di deritanya, tapi Baekhyun baru beberapa bulan ini menjabat sebagai direktur karena sebelumnya ayahnya Serin lah yang mengambil alih perusahaan ayahnya tersebut di karenakan Baekhyun belum memasuki umur yang cukup untuk menjabat sebagai direktur.

Kalian pasti bertanya-tanya mengapa bukan ibunya baekhyun saja yang mengambil alih perusahaan tersebut? Hey ayolah siapa yang tidak kenal ibunya Baekhyun? Dia seorang desaigner sekaligus pemilik butik terkenal di korea –bahkan SaeRa pernah memakai baju buatan ibunya Baekhyun, eh tentu saja dia tidak tahu kalau itu ibunya Baekhyun. Karena kesibukannya tersebut dia jadi tidak bisa mengambil alih perusahaan suaminya tersebut dan akhirnya adik dari suaminya lah yang mengambil alih perusahaan tersebut.

“Ck! kenapa Serin noona lama sekali” Baekhyun menggumam kecil, kemudian berbaring di sofa sambil menerawang ke atas. Tiba-tiba baekhyun teringat kontrak yang sudah dibuatnya dengan ibunya SaeRa. Lalu, baekhyun tersenyum tipis dan sangat manis.

‘Saat itu, aku tidak percaya aku berani mengatakannya’

 

 

Author POV

Kantin.

Tempat satu-satunya yang akan di gunakan 3 anak yang bisa di bilang kelaparan ini mencari makan. Jika saja ada tempat selain kantin mungkin mereka akan lebih memilih tempat itu, bagaimana tidak? Lihat lah kantin ini begitu padat.

“Sehun, kau kan laki-laki. Bagaimana kalau kau yang mengantri sedangkan aku dan Jae In menunggu di sini yayaya?” SaeRa mencoba merayu sehun supaya mengantri makanan untuk mereka bertiga, dia benar-benar malas hanya untuk sekedar berdiri saat ini. Apalagi harus mengantri untuk mendapatkan makanan, memikirkannya saja sudah membuat kakinya pegal.

“Tidak mau! Memangnya kenapa kalau aku laki-laki? Beli saja sana sendiri” Sehun mendengus sebal.

“Ayolah, kau tega membiarkan sahabatmu yang manis ini mati kelaparan?”

“Kubilang tidak ya tidak” Sehun menarik rambut panjang SaeRa lalu menyentil dahinya dengan jarinya yang panjang tersebut.

“Ya! Oh Sehun itu sangat sakit, kenapa kau selalu menarik rambutku hanya untuk menyentil dahiku?” SaeRa mengusap-usap dahinya yang agak memerah tersebut.

“Menyentil dahimu tanpa menarik rambutmu rasanya kurang pas” Sehun tersenyum jahil ke arah SaeRa kemudian mengerang sakit karena SaeRa mencubitnya dengan sangat keras. “Aww! Kenapa kau mencubitku?”

“Kau jahat sehun! Sudah kubilang dahiku adalah salah satu hal yang paling berharga dalam hidupku”

“Salahkan dahimu yang seperti lapangan golf tersebut sehingga aku selalu ingin menyentilnya”

“Aishh kau ini! Jae In kenapa daritadi kau hanya diam saja? Kau tidak berniat membelaku?” SaeRa melihat ke arah sehun yang sedang menjulurkan lidah ke arahnya kemudian mengerucutkan bibirnya sebal.

Merasa di panggil Jae In melihat ke arah SaeRa kaku dan menatap SaeRa dengan tatapan yang memelas. SaeRa yang melihat itu langsung mengerti dan melihat ke arah sehun.

Sehun yang mengerti jika SaeRa sudah menatapnya seperti itu kemudian langsung menutup kedua matanya diikuti dengan Jae In yang langsung menghembuskan nafasnya lega.

“Huh Jae In selalu saja seperti ini. Kenapa kau tak bisa menghilangkan phobia anehmu itu?” Sehun bertanya dengan kedua matanya yang masih tertutup, dia sudah berteman dengan SaeRa dan Jae In selama dua tahun dan Jae In juga masih belum bisa menghilangkan phobianya terhadap tatapan sehun, ya walaupun dia sudah tidak pingsan lagi seperti saat mereka pertama kali bertemu.

“Maaf kan aku sehun tapi sungguh aku tidak bisa berbicara jika melihat tatapanmu langsung” Jae In berbicara dengan blak-blakan, tentu saja itu tidak membuat sehun ataupun SaeRa kaget karena itu adalah sifat Jae In yang asli.

“Lagipula sehun kenapa kau tak membawa kacamata hitammu?” Tanya SaeRa sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.

“Kau gila? Ini disekolah, benar-benar memalukan jika aku memakainya sekarang”

“Tidak sehun, kau akan terlihat semakin tampan” Ucap Jae In sambil menahan tawanya.

“Tentu saja tanpa memakainya pun aku sudah tampan, ngomong-ngomong bisakah aku membuka mataku sekarang?”

“Tidak, tetaplah seperti itu sampai bel masuk berbunyi” Jae In kemudian tertawa melihat ekspresi sehun yang benar-benar lucu. Dia terlihat kaget tapi tetap dengan matanya yang masih tertutup.

“Tidak aku hanya bercanda, kau boleh membuka matamu tapi jangan pernah menatap ke arahku, mengerti?”

“Baiklah”

Sehun mulai membuka matanya dan tanpa sengaja menatap ke arah Jae In yang duduk di hadapannya.

“Ya! Oh Se Hoon sudah ku bilang jangan menatap ke ar-” Jae In yang kaget karena tiba-tiba Sehun membuka matanya di hadapannya langsung berjengit dan hampir terjatuh dari kursi, dia bahkan belum sempat menyelesaikan kata-katanya. Lebih tepatnya tidak bisa menyelesaikan kata-katanya.

“Ma- maaf kan aku, aku tidak tahu jika kau sudah berpindah tempat di hadapanku”

SaeRa yang melihat Sehun terus meminta maaf kepada Jae In yang masih terdiam itu hanya mengangkat kedua bahunya acuh, dia yakin setelah jam istirahat selesai pasti Jae In akan berdiam diri tanpa berbicara sama sekali. Itu sudah sering terjadi jika Jae In habis bertatapan langsung dengan Sehun.

Dan lihat? Mereka bahkan lupa tujuan awal mereka ke kantin adalah untuk menikmati makan siang mereka setelah melewati pelajaran yang sangat membosankan.

Diam-diam SaeRa mengumpat dalam hatinya ‘persetan dengan semua ini. Ya tuhan, aku benar-benar lapar ku harap Baekhyun nanti mau membelikanku makanan’

 

 

SaeRa POV

‘Sialan! Sialan! Baekhyun sialan!’

Aku terus mengumpat dalam hatiku sambil terus mencuci piring kotor bekas makan malam aku dan baekhyun, kalian tahu apa yang membuatku terus mengumpat? Tentu saja bukan karena aku di suruh mencuci piring oleh baekhyun karena pagi tadi aku lah yang berjanji mencuci piring sehabis makan malam, lalu apa yang membuatku terus mengumpat?

Dia ehm maksudku Baekhyun mencuci boneka kesayanganku, boneka yang mempunyai bau khas yang sangat ku sukai dan dengan seenaknya baekhyun mencuci boneka tersebut yang sudah ku yakini baunya pasti akan berubah padahalkan dia tau jika itu adalah boneka kesayanganku.

“SaeRa? Hey! SaeRa!”

Aku tersentak dan segera menoleh ke arah baekhyun yang sedang memegang baju seragamku yang sudah kotor di tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mencoba mematikan kompor yang di atasnya ada panci berisikan air yang sudah medidih.

“Kau hampir membuat air ini gosong, sudah ku bilang jangan pernah melamun jika melakukan sesuatu di dapur”

“Dan kau selalu saja lupa untuk menaruh pakaian kotormu di tempat pakaian kotor, lain kali kau harus membiasakan menaruhnya di pakaian kotor” Baekhyun terus mengomel sambil membantu aku yang sedang menaruh piring bersih ke rak piring, aku sama sekali tak berniat untuk membalas omelannya karena aku masih sangat kesal dengannya.

“Kau hanya diam? Hey kau kenapa? Jangan bilang karena aku sudah mencuci bonekamu?” Oke untuk pertanyaan yang satu ini ku rasa aku tak bisa menahan untuk tidak menjawabnya.

“Ya, kau benar” Jawabku sambil mencoba menuangkan air panas –yang hampir gosong tadi- ke dalam mug kesayanganku yang berisi bubuk kopi.

“SaeRa, bonekamu itu sudah sangat jorok jadi harus dicuci. Kau seorang wanita tapi mengapa kau sangat jorok sekali”

“Ya, aku tau. Tapi setidaknya kau harus izin dulu kepadaku lagipula itu kan barang pribadiku”

“Baiklah, aku minta maaf oke?” Baekhyun menyodorkan jari kelingkingnya ke depan wajahku, hei itu sangat kekanakan bukan?

“Hnn” Aku mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya kemudian kembali mengaduk kopiku yang sudah hampir jadi, tanpa berniat sedikitpun membuka suara.

“Jangan seperti itu, itu tandanya kau belum memaafkanku”

“Aku sudah memaafkanmu baek, hanya saja aku terlalu malas untuk membuka suara”
Baekhyun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

“Baek, tolongan bawakan mug ini ke kamarku. Ini sangat panas aku tidak tahan memegangnya”

“Baiklah, apa kau mempunyai banyak tugas? Akhir-akhir ini kulihat kau sering membuat secangkir kopi di malam hari. Mengkonsumsi banyak kopi juga tidak baik kau tau?”

“Aku tau, habis mau bagaimana lagi? Akhir-akhir ini tugas sekolah hampir membunuhku secara perlahan” Aku berjalan ke arah kamarku diikuti Baekhyun yang sedang memegang secangkir kopi yang ku buat tadi.

“Butuh bantuan? Kurasa aku bisa membantumu. Lagi pula kau kan sudah kelas tiga jadi hal seperti ini sudah biasa terjadi”

Aku menjatuhkan badanku di kasur dan duduk di pinggir kasur melepas sandal rumah yang masih bertengger di kakiku, aku mengernyit heran melihat Baekhyun yang sepertinya kebingungan menaruh cangkir berisi kopi panas tersebut.

“Taruh di nakas situ saja baek, aku akan meminumnya nanti” Ucapku dengan menunjuk nakas yang terletak tak jauh dari Baekhyun berdiri.

“Oh, baiklah. Jadi bagaimana? Mau ku ajari?”

“Kau yakin mau mengajariku?”

“Tentu saja, lagipula besok hari libur jadi aku tidak keberatan mengajarimu malam ini”

“Baiklah, tunggu disini sebentar. Aku akan mengambil buku dan peralatan tulisku”

Baekhyun menganggukan kepalanya kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur milikku.

“Hey, Baek kau membuat kasurku berantakan” Aku mencoba menarik tangan Baekhyun agar lelaki tersebut berdiri tetapi lelaki tersebut justru malah semakin berguling-guling tidak jelas dan semakin membuat kasurku berantakan.

“Biar saja, lagipula aku yang membersihkan kasurmu setiap pagi”

“Ughh lagi-lagi kau menyindirku pemalas secara tidak langsung”

“Tentu saja, mana ada menyindir secara langsung itu namanya frontal”

“Terserah apa katamu, sekarang ajarkan aku”

Baekhyun mengambil buku matematikaku dan mulai mengajarkanku, emm dia lumayan pintar ternyata. Setidaknya aku sedikit mengerti dengan apa yang di ajarkannya.

“Nah, sekarang coba kau kerjakan yang ini. Nanti aku yang akan mengoreksinya”

“Oke”

Sepertinya aku sudah tidak mempersalahkan soal rumit ini lagi, aku bahkan sangat lancar mengerjakannya. Kurasa Baekhyun benar-benar pintar. Ralat kurasa aku benar-benar pintar.

“SaeRa, boleh aku bertanya?”

Baek kau bertanya di saat yang tidak tepat.

“Ya Silahkan”

Ohh tidak aku lupa rumus yang ini.

“Jadi, siapa lelaki yang bersamamu saat aku menjemputmu tadi siang?”

Ah aku ingat, baiklah sekarang bagaimana cara memindahkan angkanya.

“SaeRa?”

Ah begini rupanya, hanya tinggal menghitung hasil akhirnya dan ini akan selesai.

“SaeRa! Kau mendengarkanku?” Baekhyun berteriak di telingaku, sontak aku mengangkat wajahku sehingga dapat melihat wajahnya yang sangat menyebalkan itu.

“Ya! Kenapa kau berteriak di telingaku? Suaramu sangat cempreng tau!”

“Kau tidak menjawab pertanyaanku!”

“Aku sedang mengerjakan soal yang kau berikan”

“Setidaknya kau menjawabnya”

Sepertinya ini akan menjadi masalah yang panjang jika aku terus menjawab omelannya.
Dan sepertinya aku harus mengalah untuk kali ini supaya baekhyun tidak bersikap acuh padaku, itu adalah hal yang mengerikan yang pernah ada.

Setidaknya aku baru sekali di acuhkan oleh baekhyun karena aku tidak menuruti perintahnya untuk menunggunya menjemputku di sekolah, dan aku malah pulang sendiri dengan menggunakan bus kota dan dia sangat marah saat mengetahui itu.

“Baiklah, apa pertanyaanmu tadi?”

“Siapa lelaki yang bersamamu saat aku menjemputmu tadi siang?”

Lelaki? Ah Sehun.

Lelaki itu memang menemaniku menunggu baekhyun menjemputku tadi siang. Ehm sebenarnya aku berkata kalau Baekhyun adalah supirku. Karena Jae In masih shock atas kejadian tadi siang di kantin, jadi dia memutuskan untuk pulang langsung dan membuat sehun lah yang menemaniku menunggu supirku –baekhyun untuk menjemputku.

“Ah, dia sehun temanku. Memangnya kenapa?”

“Sehun?”

“Ya, Oh Sehun. Apa kau mengenalnya?”

“Tidak, dia hanya seperti mirip dengan salah satu temanku”

“Oh jadi begitu”

‘Sepertinya ada yang aneh dengan raut muka baekhyun saat aku mengatakan Oh Sehun, apa ada yang di sembunyikannya?’

Aku hanya mengangkat kedua bahuku kemudian kembali melanjutkan tugasku yang hampir selesai, sedangkan baekhyun dia kembali ke kamarnya setelah mengoreksi soal yang ku kerjakan tadi.

 

Baekhyun POV

Aku mengotak-atik kontak ponselku mencari nama seseorang yang sangat ingin aku telfon saat ini. Ah! Ini dia. Tanpa basa-basi aku langsung memencet nama tersebut dan segera mendekatkan ponselku ke telingaku.

“Halo”

“Hyung! Ada apa menelfonku malam-malam begini? Apa hyung ingin bicara dengan ayah?”

“Tidak, hyung ingin bicara denganmu. Bagaimana jika kita bertemu di kantor hyung besok?”

“Ah, baiklah aku akan kesana sehabis pulang sekolah besok”

“Oke, selamat malam dongsaeng”

“Selamat malam hyung”

Aku menghembuskan nafasku pelan.

‘Astaga! Yang benar saja. Apa aku salah dengar tadi? Tapi aku benar-benar mendengar SaeRa menyebut nama Oh Sehun. Dunia memang sempit’

TBC

 

Heyy kalian semuaa 😀 makasih banget atas komennya di teaser kemarin, jujur itu sempet membuat aku menggebu-gebu untuk cepet-cepet menyelesaikan chap 1 nya tapi ya tetep aja telat nge-postnya dikarenakan tugas sekolahku yang semakin lama semakin menambah karena aku orangnya memang suka membuat tugas menumpuk hehe 😀

Chap ini pendek? Ya aku tau ini pendek :’3 insyaallah chap 2 nanti bakal lebih panjang, jadi tolong komenn yang banyak yaa kalo enggak ntar kalian aku lempar pakek sandal swallownya Thehun wkwkwk :v

Oiya buat yang mau ngobrol sama aku bisa lewat facebook yaa ^^