The Housekeeper, Byun Baekhyun Chapter 2

by deerlit

IMG_20140919_135427

Tittle : The Housekeeper, Byun Baekhyun (Chapter 2)

Author : DEERLIT (@Dreesya)

Cast : Byun Baekhyun, Yoo Sae Ra (OC), Oh Se Hoon, Ahn Jae In (OC)

Genre : School life, family, romance

Rating : PG – 13

Length : Chapter

Disclaimer : the story is mine and don’t copy!!

Warning! Di ff ini ada kata-kata kasar. Jadi mohon di mengerti yaa 😀

|TEASER| 1 |

___

 

SaeRa

Astaga! Apa yang di lakukannya di pagi hari seperti ini? Aku membutuhkan jam sekarang juga dan oh gosh! Ini masih pukul 4 pagi. Rasanya aku ingin mengutuk baekhyun menjadi batu saat ini juga.

Lihat lah pria dengan wajah yang –berpura-pura polos di hadapanku saat ini, aish bedebah ini selalu menyebalkan.

“Enyahlah kau! Ini masih pukul 4 pagi memangnya apa yang mau kau lakukan di kampusmu sepagi ini?” Aku mendorong wajahnya sejauh mungkin dari hadapanku dan kembali tidur.

“Ya! SaeRa jangan tidur! Aku tidak bohong, aku benar-benar harus berangkat sepagi ini” Sialan anak satu ini malah menarik-narik kakiku agar turun dari kasur.

“Kalau begitu silahkan berangkat, memangnya apa peduliku”

“Tentu saja kau harus peduli, jika kau tidur lagi kau akan kelabasan tertidur sampai jam 10 pagi karena tidak ada yang membangunkanmu dan kau juga akan terlambat masuk sekolah maka dari itu kau tidak boleh tertidur lagi”

“ughh, aku tidak bisa. Kelopak mataku sangat berat dan aku sangat mengantuk” Aku benar-benar tak bisa menahan lagi, aku ingin tidur!

“Baiklah, kalau begitu aku akan memasangkan alarm di dekat telingamu supaya kau bisa terbangun tepat waktu”

“Engh itu terdengar lebih baik baek”

“Aku sudah menyiapkan pakaian di dekat lemari pakaianmu, lalu aku juga sudah membuatkanmu sarapan dan pastikan aku pulang kasurmu sudah rapi tidak berantakan seperti ini, mengerti?”

Baekhyun, kau mulai bersikap seperti ibuku. Dasar cerewet!

“Enghh yaa”

“Baiklah, aku pergi dulu”

Lagi-lagi aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku dengan mata yang masih terpejam setelah itu aku sudah tidak mendengar suara baekhyun lagi, sepertinya dia sudah pergi.
Saatnya untuk melanjutkan tidur cantikku.

 

Baekhyun

“Aku sudah menyiapkan pakaian di dekat lemari pakaianmu, lalu aku juga sudah membuatkanmu sarapan dan pastikan aku pulang kasurmu sudah rapi tidak berantakan seperti ini, mengerti?”

Kurasa dia tidak akan mengerti. Lihat saja pose tidurnya itu, rasanya aku ingin memotretnya lalu menunjukkan foto itu kepadanya sambil berteriak ‘Ini yang kau maksud pose cantik dalam tidurmu?!’

“Enghh yaa”

Uh-oh lihat saja dia menggeliatkan badannnya seperti ulat, benar-benar pose tidur yang memalukan.

“Baiklah, aku pergi dulu”

Aku menutup pelan pintu kamar SaeRa dan meninggalkan SaeRa yang sedang tertidur dengan pose cantiknya tersebut. Aku melihat arlojiku yang sudah menunjukkan pukul setengah 5. ‘Sial! Waktuku tinggal sedikit lagi’

Aku mempercepat langkahku menuju pintu belakang untuk mengambil mobilku dan mulai meninggalkan rumah SaeRa.

 

 

Aku memberhentikan mobilku di depan sebuah rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi, dengan langkah yang mengendap-endap aku memasuki perkarangan rumah tersebut. Ah bukan! Aku bukan sedang ingin mencuri, ini adalah rumahku sendiri.

Aku hanya ingin mengambil beberapa perlengkapan kuliahku yang masih tertinggal di rumahku dan baju kaos yang biasa kupakai untuk keseharian serta beberapa perlengkapan kantor dan jasku yang masih bersih mengingat jas kantorku yang sudah kotor dan kusut. Aku berjalan mengendap-endap seperi ini karena tidak ingin membuat ibu terbangun nantinya. Apalagi ibu sering bekerja sampai larut malam.

Ah! Pintunya tidak terkunci, pasti ibu lupa menguncinya lagi. Tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh. Mungkin itu hanya perasaanku saja.

Aku terus berjalan mengendap-endap menuju kamarku yang berada di ujung dekat tangga bersebelahan dengan ruang kerja ibuku.

‘Semoga ibu tidak sedang berada di ruang kerjanya’

“Baekhyun, ibu tahu kau sedang berada di depan ruang kerja ibu”

Aku sontak menghentikan langkahku saat mendengar suara ibuku. ‘Sial! Aku ketahuan’

“Apa maksudmu berjalan seperti pencuri seperti itu? jika ibu tidak hafal dengan postur tubuhmu sudah ibu pastikan kau akan berada di rumah sakit dan kantor polisi”

“Emm, ya. Agar ibu tidak terbangun” Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal lalu kembali berjalan menuju kamarku.

“Hei! Anak nakal, mau kemana kau? Cepat ke ruangan ibu sekarang!”

Aku menghembuskan nafasku pelan lalu mendorong pintu ruang kerja ibuku dengan sangat pelan, perlahan aku mulai memasuki ruang kerja ibuku dan melihat apa yang sedang di lakukan wanita itu di pagi hari.

“Baekhyun, kemari!” Aku mengedarkan pandanganku ke sudut ruangan yang penuh dengan berbagai kertas berserakan, serta ibuku yang duduk di depan laptop yang menyala yang sebagian memperlihatkan keadaan luar rumah. Sepertinya ibuku memasang cctv tersembunyi di setiap sudut rumah.

“Apa ibu bekerja sampai larut malam lagi hmm?”

Ibu menoleh ke arahku yang sudah berdiri di sampingnya kemudian tersenyum hangat, aku tau ibuku sangat merindukanku.

“Kenapa kau akhir-akhir ini jarang pulang? Apa Saera sangat cantik sampai-sampai kau melupakan ibumu yang tak kalah cantik ini?” Aku tertawa kemudian memeluk ibuku dari samping.

“Ibu mencoba mengalihkan pembicaraan, apa ibu tidak lelah membuat gambar-gambar baju wanita setiap harinya?”

“Ini memang pekerjaan ibu, sayang”

“Tapi ibu tak harus sampai seperti ini, ibu bisa meluangkan waktu ibu untuk tidur sebentar kan?” Ibu mencium keningku sekilas kemudian beranjak berdiri dari tempat duduknya.

“Ibu mau kemana?”

“Tentu saja tidur, kau menyuruh ibu untuk tidur kan?”

Aku tersenyum kemudian menganggukkan kepalaku dengan semangat.

“Kau masih saja terlihat seperti anak kecil, padahal kau sudah dewasa dan sudah memiliki calon istri”

“Ibu!”

“Ahahaha, ibu hanya bercanda. Ah! Nanti jika kau ingin pergi lagi jangan lupa mengunci pintunya, kuncinya kau bawa saja ibu masih mempunyai cadangan yang lainnya”

Ibu mengacak rambutku pelan kemudian berjalan menuju kamarnya yang terletak di dekat ruang tv. Sebenarnya aku merasa tidak enak meninggalkan ibu sendirian di rumah sebesar ini, ibu pasti merasa kesepian makanya ia lebih banyak menggunakan waktunya untuk bekerja. Tapi, mau bagaimana lagi sekarang aku sudah terikat dengan kontrak yang ku perbuat sendiri. Ya, sebenarnya tanpa kontrak itu pun ibu pasti sudah menyetujui keputusanku.

Menyadari tujuan utama ku untuk datang ke sini, aku langsung bergegas menuju kamarku untuk mengambil perlengkapan yang kubutuhkan nanti. Langit sudah mulai cerah dan jarum pendek di arlojiku sudah menuju angka enam, masih terlalu pagi untuk pergi kuliah. Tapi, sesekali berangkat sepagi ini mungkin menyenangkan. Lagipula jarak dari sini ke universityku lumayan lama.

 

 

Suasana pagi di universitasku membuat ku menyadari satu hal. Aku sudah tidak pernah datang se-pagi ini ke universitasku lima hari berturut-turut. Itu semua karena Serin noona yang salah mengatur jadwalku di kantor hingga beberapa kali harus bertabrakan dengan jadwal kuliahku. Tentu saja aku izin kepada dosenku dengan mengatakan bahwa aku harus menjenguk nenekku yang sedang sakit di daerah apgujeong.

“Hai! Baconnie” Aku tau suara ini. Dengan sedikit malas aku memutar badanku untuk melihat seseorang yang memanggil namaku dengan sebutan menjijikkan tersebut.

Jujur, aku selalu ingin mengeluarkan isi makanan dari perutku setiap kali mendengarnya. Setelah menemukan sosok pria tinggi, jangkung dan kurus di belakangku, aku memutar kembali tubuhku menghadap ke depan setidaknya aku melihatnya hanya untuk memastikan apakah tebakan ku salah atau benar. Dan ternyata benar. Dia Chanyeol sahabat karib dan sehidup sematiku-untuk yang satu ini Chanyeol lah yang menambahkannya sendiri.

“Inikah tanggapanmu setelah kita lama tak berjumpa? Kau tau aku hampir Rest In Peace saat mengerjakan ulangan dari guru Kang kemarin, karena tidak ada kau yang biasanya selalu memberiku contekan di hari ulangannya. Aku baru menyadari jika aku selalu bergantung padamu, aku sungguh menyesal maaf kan aku baconnie

“Berhenti memanggilku baconnie, by the way kau menyesal karena sudah mencontekku di setiap ulangan guru Kang? Jadi kau mau belajar?” Baekhyun tersenyum penuh kelegaan, ini suatu keajaiban karena Chanyeol mau belajar tanpa bergantung padanya.

“Tidak juga, maksudku aku menyesal kenapa aku tidak mengeluarkan ponselku dan menanyakannya kepadamu lewat pesan” Fuck you, Chanyeol!

Dasar keparat Chanyeol! Rasanya aku ingin menendang bokongnya sekarang juga. Melihat smirk gagalnya membuat perutku terasa sangat mual, itu bahkan bisa di katakan senyuman konyolnya karena itu tidak terlihat seperti smirk sungguhan.

“Ya ampun, Baek. Aku hanya bercanda jadi tidak usah memandangku sinis seperti itu. Kau terlihat menakutkan”

“Oh, ya?”

Chanyeol memutar bola matanya kesal. Kena kau Park Lazy Chanyeol!

“Ya, kau bahkan terlihat seperti seorang gadis yang sedang datang bulan”

“Shut up!”

“Baiklah aku akan diam. Oh ya, bagaimana perusahaanmu apa tidak ada masalah?” Chanyeol membanting tasnya di atas kursi miliknya dan duduk di atas mejaku yang terletak di belakang tempat duduknya. Saat ini aku dan Chanyeol sudah sampai di kelas yang di dalamnya baru ada beberapa murid yang masuk sedangkan yang lainnya sudah ku pastikan akan berangkat agak siang karena memang kelas kami di mulai jam 9 pagi.

“Baik-baik saja. Masih sama saat aku meninggalkannya terakhir kali”

Aku mengeluarkan buku-buku tulisku dari dalam tas. Kemudian, menge-cek satu persatu buku-buku tersebut untuk memastikan bahwa aku sudah mengerjakan semua pr hari ini.

“Oh, terus ap-“

“Yeol, jangan membicarakan ini disini. Aku tidak nyaman”

“Maaf. Hei! Kau mau kemana?”

Baru saja aku ingin beranjak berdiri berniat keluar kelas, teriakan Chanyeol membuatku menghentikan pergerakanku. Aku menoleh ke arahnya dan memberikan kode bahwa aku hanya keluar sebentar dan ia hanya menganggukkan kepalanya kemudian mengobrak-abrik isi tasku. Pasti ingin melihat pr ku.

Setelah tidak mendapat respon lagi dari Chanyeol, aku segera melangkahkan kakiku menuju kantin. Aku lupa jika aku belum sarapan tadi pagi dan yang ku tau aku sangat lapar saat ini. Mungkin makan jjangmyeon akan membuatku kenyang dalam waktu yang cukup lama.

Ya, aku harus makan jjangmyeon!

 

 

SaeRa

Sakit.

Itulah yang di rasakan kepalaku saat ini. Sekarang aku sedang berada di uks, ditemani oleh Jae In dan Sehun yang rela tidak masuk jam pelajaran pertama karena ingin menjagaku di uks atau mungkin mereka memang tidak ingin mengikuti pelajaran pertama.

Tidak. Kalian salah.

Kepalaku sakit bukan karena pusing. Tapi, karena adanya benjolan di kepalaku. Ini semua terjadi karena Baekhyun, gara-gara tadi pagi dia menaruh jam beker di samping telingaku aku jadi kaget dan jatuh dari kasur serta kepalaku yang menghantam lantai dengan sangat keras. Tentu saja aku langsung menangis dan menelfon Sehun untuk menjemputku.

“Apa sudah lebih baik?” Sehun yang sedang bermain dengan ponselnya segera menoleh ke arahku menunggu jawabanku atas pertanyaan yang di lontarkan Jae In.

“Lumayan, sudah agak mengecil tapi rasa sakitnya masih ada sedikit jika ku pegang” Aku meringis pelan saat mencoba menyentuh dahiku.

“Bodoh! Tentu saja itu akan terasa sakit jika kau sentuh”

“Berhenti memanggilku bodoh! Memangnya kau lebih pintar dari ku? Bahkan nilai sejarahku lebih tinggi darimu” Sehun menatapku sinis kemudian memukul kepalaku pelan. Sepertinya dia kesal, lagipula aku benar nilai sejarahnya memang selalu buruk.

“Kalian jangan terlalu berisik. Kita sedang berada di uks, bisa-bisa kita di usir dari sini”

Dengan berat hati aku kembali terdiam dan kembali berbaring di tempat tidur uks, mulutku memang selalu gatal ingin berbicara. Aku memandang sekeliling ruangan kemudian menatap Sehun dan Jae In bergantian, di lihat dari gerak-gerik mereka sepertinya mereka belum berbaikan. Sehun bahkan hanya memainkan ponselnya tanpa berniat sekalipun mengajak Jae In berbicara, mungkin dia kesal karena kemarin saat dia meminta maaf Jae In hanya diam saja. Sedangkan Jae In terlihat sedang membaca majalah sambil sesekali melirik ke arah Sehun.

Sebenarnya suasana seperti ini membuatku sedikit tidak nyaman, karena biasanya Jae In akan mengoceh tidak jelas jika sedang bersamaku tapi sekarang dia bahkan hanya berbicara sesekali. Aku tidak pernah mengira sebelumnya jika hanya dengan melihat tatapan Sehun bisa membawa efek yang sangat besar untuk Jae In.

Tapi untuk saat ini aku tidak tau harus melakukan apa untuk membuat Sehun dan Jae In kembali berbicara tanpa rasa canggung. Selama dua tahun kami berteman aku belum pernah melihat meraka berdiaman selama ini. Mungkin saat jam istirahat nanti mereka sudah kembali lagi seperti semula. Ya, mungkin.

 

 

Aku tarik kembali kata-kataku. Mereka tidak akan berbaikan jika aku tidak turun tangan, ini bahkan lebih parah dari biasanya. Mereka tidak menganggap adanya satu sama lain! Sehun bahkan seperti tidak menyadari keberadaan Jae In yang duduk di hadapannya, begitu pula dengan Jae In dia sama sekali tidak menganggap keberadaan Sehun di hadapannya. Ini gila!

“Ya! Apa dengan kalian? Ini bukan seperti kalian”

Sehun dan Jae In serempak menoleh ke arahku yang dengan tiba-tiba berteriak di hadapan mereka. Aku sudah tidak tahan lagi dengan sikap mereka, aku seperti sedang duduk sendirian di meja kantin ini padahal di samping dan di hadapanku terdapat Jae In dan Sehun yang sedang dengan kesibukan mereka masing-masing.

“Apa kalian tidak lelah seperti ini terus menerus? Dan Jae In ku rasa kau harus menceritakan kenapa kau sangat takut dengan tatapan Sehun?”

Jae In menatapku dengan tatapan gelisah dan memohon agar segera mengganti topik pembicaraan. Tapi, tetap saja aku akan terus mendesaknya agar dia menceritakan semuanya kepadaku dan Sehun yang sepertinya juga penasaran dengan cerita Jae In.

“Iya, tapi tidak sekarang”

“Selalu itu jawabanmu, aku rasa kau menyembunyikan sesuatu dariku dan Sehun” Jae In menatapku dengan tatapan memohon sekali lagi. Oh, sial! Mungkin aku akan menanyakannya lagi di saat tidak ada Sehun. Mungkin dia menyukai Sehun? Siapa yang tahu?

“Ck! Aku tidak bisa membayangkan jika kau dan Sehun ternyata berjodoh dan dewasa nanti menikah, di saat kalian ingin melakukan malam pertama kau menyuruh Sehun untuk menutup matanya, lalu bagaimana bisa dia memasukimu jika kau menyuruhnya untuk menutup mata?”

“Saera!”

Sehun melebarkan matanya saat mendengarku berbicara seperti itu, sedangkan Jae In wajahnya sudah sangat kepanasan. Seharusnya yang ku katakan itu benarkan? Itu bisa saja terjadi di malam pertama mereka. Ya, kalau mereka benar-benar berjodoh dan menikah.

Aku tahu itu frontal. Tapi, tidak ada cara lain untuk membuat mereka berbaikan. Apa aku harus berbicara frontal dan vulgar dulu di hadapan mereka supaya mereka berbaikan? Ck! Dasar Sehun dia pasti sedang membayangkan hal-hal kotor di dalam pikirannya.

 

 

Author

“Sehun! Hari ini aku pulang bersamamu ya? Supirku bilang dia tidak bisa menjemputku sedangkan Jae In tadi pulang duluan”

Sehun yang sedang membereskan peralatan sekolahnya yang berserakan di atas meja segera menoleh ke arah pintu kelasnya dan mendapati SaeRa yang sedang bersender di depan pintu kelasnya. Kelas Saera pulang lebih cepat dari kelasnya ternyata. Sehun menggidikkan kedua bahunya kemudian menyusul Saera ke depan pintu kelasnya.

“Tidak bisa, aku hari ini ada janji”

“Benarkah? Dengan siapa?” Saera berjalan mengikuti Sehun yang sudah terlebih dahulu mendahuluinya.

“Dengan-“

“Oh Sehun!”

Sehun dan Saera seketika mengalihkan perhatian mereka kepada seorang wanita yang berdiri di dekat gerbang sekolah. Wanita tersebut kemudian berjalan mendekati Sehun yang masih terdiam di tempatnya menatapi wanita itu heran.

“Noona? Apa yang kau lakukan di sini?”

Saera menyatukan kedua alisnya. Kemudian, menatap Sehun dan wanita itu bergantian.

“Tentu saja untuk menjemputmu. Hyungmu tersayang memintaku menjemputmu sepulang sekolah”

Sehun hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Memangnya siapa lagi yang bisa membujuk kakak perempuan satu-satunya tersebut jika bukan kakak sepupu laki-lakinya.

“Sehun, siapa gadis ini?”

Merasa sedang di perhatikan, Saera yang sedari tadi diam menatap keduanya heran pun segera menundukkan kepalanya ke bawah. Dia benar-benar malu sekarang karena kakak perempuannya Sehun sedang memperhatikannya.

“Ah, ya! Saera ini kakak perempuanku namanya Serin. Dia memang tidak tinggal serumah denganku, makanya saat kau bermain ke rumahku kau tidak bertemu dengannya dan noona ini Saera teman dekatku dari pertama masuk Senior High School”

Saera tersenyum canggung kepada Serin yang juga sedang tersenyum manis padanya. Dia baru menyadari bahwa Serin benar-benar manis dan sangat mirip dengan Sehun. Jika saja Jae In tidak pulang terlebih dahulu ia pasti akan berceloteh betapa cantiknya kakak perempuannya Sehun.

“Kalau begitu, kami pulang duluan ya Saera. Ah! Apa kau ingin pulang bersama kami?” Saera menggelengkan kepalanya, menolak ajakan kakak perempuan Sehun untuk pulang bersama. Dia masih belum terbiasa dengan kakaknya Sehun jadi dia lebih memutuskan untuk pulang sendiri saja.

“Aku akan pulang sendiri saja, lagipula jarak rumahku tidak jauh dari sini”

“Baiklah, hati-hati”

Saera melambaikan tangannya ke arah Sehun dan Serin yang mulai menjauh memasuki mobil Serin yang terletak di dekat gerbang sekolah. Setelah mobil tersebut tidak terlihat lagi, ia mulai berjalan mencari taksi untuk mengantarnya pulang.

 

 

“Jadi temanmu tadi namanya Saera?”

“Ya, memangnya kenapa?”

Sehun mengambil ponsel Serin yang ada di dalam tas Serin. Lalu, membuka password yang tertera di sana dengan asal-asalan.

“Kurasa aku tahu kenapa Baekhyun ingin bertemu denganmu”

“Oh, begitu” Sehun masih saja membuka password itu dengan asal-asalan tanpa memperdulikan ocehan Serin karena ia tidak mendengarkan cerita kakak perempuannya tersebut.

Serin yang sedang menyetir menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan Sehun yang sedang mencoba membuka passwordnya berkali-kali, dengan kesal ia merampas ponsel tersebut dari tangan Sehun.

“Ya! kau membuatnya rusak”

“Password ponselmu apa?”

“Tidak akan”

“Aku tidak akan membuka pesan-pesanmu dengan pacarmu”

Such a liar

Karena sedang tidak ingin berdebat dengan kakak perempuannya yang cerewet Sehun lebih memilih diam dan memainkan ponselnya sendiri. Padahal ia ingin melihat-lihat foto kakaknya yang pasti akan sangat mengocok perutnya. Tapi, sayang sekali ponsel kakaknya sudah di beri password.

“Noona, apa Baekhyun hyung sudah ada di kantornya?”

“Ya, bahkan saat dia baru datang dia langsung menyuruhku untuk menjemputmu. Jika saja ia bukan adik kesayanganku aku pasti akan langsung memukulnya dan memberikannya ocehan yang sangat panjang”

Sehun memutar kedua bola matanya. Hei! Ia yang adik kandungnya saja masih sering mendapat ocehan panjang dari Serin.

“Kau berbicara seakan-akan yang di sampingmu sekarang bukanlah adik kandungmu”

“Oops, aku lupa” Serin tertawa terbahak-bahak setelah berhasil membuat adiknya cemburu terhadap Baekhyun.

Bitch

 

Baekhyun

 

From : Saera
Baekhyun~ Aku sudah sampai rumah. Tenang saja, aku menggunakan taksi. Jangan pulang terlalu malam atau aku akan menunggumu di depan rumah lagi!

 

Aku tersenyum melihat isi pesan Saera yang baru saja ku terima. Dengan cekatan aku membalas pesan tersebut lalu kembali mengerjakan tugas kantorku yang masih menumpuk.

Sebenarnya aku sangat malas mengerjakannya apa lagi menandatangani berkas-berkas sialan tersebut. Tapi sambil menunggu Serin noona dan Sehun datang lebih baik aku mengerjakannya untuk melepas penat dan bosan.

Ini sudah jam 3 sore, mungkin aku hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk menghabiskan waktu dengan Serin noona dan Sehun. Sudah lama kami tidak berkumpul bersama, mungkin aku juga akan menanyakan apa yang di lakukan Saera di sekolah kepada Sehun. Aku juga akan menceritakan semuanya kepada Sehun supaya dia mau menjaga Saera di sekolah selama aku tidak bisa menjaganya.

“Hyung!”

Aku tersentak kaget saat melihat Sehun dengan tiba-tiba membuka pintu ruang kerjaku dengan keras. Tanpa basa-basi menunggu jawaban sapaannya dariku, ia langsung menjatuhkan bokongnya di sofa yang aku duduki dan memberikan cengiran andalannya yang sudah ku ketahui apa maksud dari cengirannya tersebut.

“Cepat ceritakan! Serin noona bilang Saera-“

“Aku akan menceritakannya jika kau duduk di sofa depanku”
Sehun menatapku tajam kemudian segera berpindah tempat ke sofa yang berada di depanku.

“Tunggu dulu, dimana Serin noona?” Sehun mendenguskan nafasnya kasar. Lalu, menatapku kesal karena daritadi aku selalu menunda cerita yang sangat ingin ia dengar.

“Dia pergi sebentar ke cafe sebrang jalan. Mungkin ingin bertemu dengan kekasihnya. Sekarang cepat ceritakan atau aku akan memberitahu semuanya ke Saera”

“Dasar pengadu! Baiklah, dengarkan baik-baik”

Sehun menatapku dengan intens saat aku mulai menceritakan semuanya kepadanya. Mungkin menceritakan ini kepada Sehun akan membutuhkan waktu yang sangat lama karena pada dasarnya ia memang suka banyak bertanya.

 

 

Dasar Sehun! Gara-gara harus menjawab semua pertanyaannya aku jadi pulang selarut ini. Apa lagi Serin noona yang tiba-tiba memberitahu ada berkas yang harus ku cek ulang dan di selesaikan hari ini. Itu semua membuatku harus pulang jam 11 malam. Mudah-mudahan Saera tidak menungguku di depan teras lagi.

Aku mulai membelokkan mobilku ke arah kiri dan memasuki perkarangan rumah mewah Saera. Terasnya kosong! Mungkin ia sudah tidur karena menungguku terlalu lama.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, aku langsung berjalan memasuki rumah dan segera menuju kamar untuk beristirahat. Untung saja aku membawa kunci cadangan pintu samping, jika tidak mungkin aku akan tidur di luar.

Aku merebahkan tubuhku di kasur milikku. Lalu, mulai menyelimuti tubuhku dengan selimut hangat yang ku bawa dari rumahku minggu lalu. Mungkin sekali-kali tidak apa-apa tidur tanpa mengganti baju, aku benar-benar lelah untuk beranjak menuju lemari.

Baru saja aku akan memejamkan mataku, sebuah suara dan ketukan membuatku mengurungkan niatku untuk tidur lalu mulai berjalan menuju pintu memastikan bahwa suara itu benar-benar ada.

“Baekhyunhh b-buka pin-tunya”

Astaga, itu suara Saera! Dari suaranya sepertinya dia menggigil lagi seperti kemarin-kemarin malam. Aku segera membuka pintu dan mendapati Saera berdiri di depan pintuku dengan tubuh yang bergetar lumayan kencang.

“B-ba-baek-hyun”

“Saera! Ada apa? Kau menggigil lag- astaga! Badanmu panas sekali”
Aku membantu Saera berjalan memasuki kamarku lalu merebahkannya di kasur dan menyelimutinya dengan selimut hangat milikku.

“D-di-dingin, ba-baekhyun d-dingin”

“Dingin? Bahkan badanmu sangat panas sekali. Bagaimana bisa kau kedinginan?”

Saera terus saja berkata dingin sedangkan tubuhnya sangat panas sekali saat ku pegang tadi. Aku jadi teringat saat aku baru pertama kali melihat Saera seperti ini aku langsung panik dan menelfon semua nomor di kontakku untuk menanyakan obatnya. Tapi sekarang, aku tau apa yang harus ku lakukan.

Memeluknya, itu yang ibu Saera bilang kepadaku saat pertama kali aku bertanya kepadanya cara yang paling ampuh untuk menghilangkan rasa menggigilnya Saera. Ya, walaupun paginya aku mendapat amukan dari Saera karena tidur seranjang dengannya. Ingat! Hanya seranjang. Tapi sekarang kami sudah mulai terbiasa satu sama lain.

Aku membaringkan tubuhku di samping tubuh Saera yang bergetar menggigil lalu mulai memeluknya dari samping sambil sesekali mengusap dahinya dan punggungnya untuk membuatnya terlelap.

 

TBC

 

Maaf kalo banyak typo yaa, aku udh nge-cek ulang sih tp mungkin aja ada yg ketinggalan , maaf juga kalo belum memuaskan di chap inii 